KAJIAN ARSITEKTURAL PURA JAGAD DUMADI
DESA LABAN - MENGANTI
Oleh : Slamet Budi Utomo
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan Agama
Hindu di Kabupaten Gresik terjadi sejak
abad ke 10, zaman kerajaan-kerajaan di
Jawa dengan berbagai aliran (Sumber : https://parisadakabgresik.wordpress.com/phdi-kab-gresik/). Suku Jawa sendiri memiliki tradisi yang juga
dikenal dengan Aliran Kejawen (Sumber : https://stabn-sriwijaya.ac.id/index.php?mnu=berita&id=167&tipe=Artikel).
Tradisi tersebut dapat mengalami perubahan setelah mendapat pengaruh atau
terjadi akulturasi dengan budaya lain. Perubahan dalam bentuk agama salah
satunya yaitu sinkretisme agama Buddha dengan ajaran orang Jawa. Salah satu
aliran agama Buddha hasil sinkretisme antara ajaran Buddha dengan ajaran
Kejawen adalah aliran Buddha Jawi Wisnu. Tahun 1969 aliran
Budha Jawi Wisnu resmi masuk ke dalam Parisada Hindu, setelah mereka
harus memilih agama yang diresmikan oleh Pemerintah Indonesia. Saat ini wadah
umat seperti Pura belum ada. Setiap kegiatan masih di jalankan dari rumah ke
rumah kemudian memiliki Sanggar Pemujaan dan selanjutnya Pura pada tahun 1980.
Umat Hindu di Kabupaten Gresik tersebar di 7 Kecamatan dengan
jumlah sekitar 2148 Jiwa (tahun 2023). Di Kecamatan Menganti paling banyak
jumlahnya dari kecamatan yang lainnya berasal dari Jawa dan Madura sedangkan
Kebomas dan Gresik mayoritas berasal dari Bali. Pura Jagad Dumadi terletak
di Desa Laban Kecamatan Menganti. Pura tersebut merupakan salah satu pura dari
sekian pura yang ada di Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. Pura yang lain diantaranya adalah Pura Kerta
Bumi (Dusun Bongso Wetan Desa Pekalangan), Pura Kerta Buana (Dusun Bongso Kulon
Desa Pekalangan) dan Pura Jagad Giri Nata (Dusun Biyodo Desa Beton).
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dibatasi pada bidang arsitektur dan urban design. Rumusan
permasalahan Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Menganti adalah :
1.
Bagaimana tipologi Arsitektural Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Menganti
?
2.
Faktor-faktor apa saja yang secara signifikan mempengaruhi morfologi Pura
di sana?
C. Maksud, Tujuan dan Sasaran
- Maksud
Maksud disusunnya Kajian Arsitektural
Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Kecamatan Menganti adalah untuk mengetahui
tipologi dan susunan Pura Jagad Dumadi akibat kondisi lahan / tapak yang ada.
-
Tujuan
Tujuan disusunnya Kajian Arsitektural
Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Kecamatan Menganti adalah untuk mendapatkan
pemahaman terhadap ekspresi tatanan tapak Pura Jagad Dumadi.
-
Sasaran
Sasaran disusunnya Kajian
Arsitektural Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Kecamatan Menganti adalah pengetahuan
pengelolaan tapak / site plan Pura.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Kajian Arsitektural
Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Kecamatan Menganti Gresik adalah kajian arsitektur
(bentuk, ruang dan tatanan lahan).
2. METODOLOGI
Metodologi penelitian yang digunakan
adalah Metoda Deskriptif Kualitatif, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Metanggferumuskan masalah;
b. Memilih data;
c. Memilih teknik pengumpulan data;
d. Kesimpulan penelitian.
3. KAJIAN TEORI
a. Standar Pura
Pura bukan hanya tempat untuk pemujaan atau
sembahyang, melainkan tempat suci. Pendirian Pura harus mengikuti beberapa
persyaratan sehingga menjadi tempat suci. Struktur bangunan Pura mengikuti
konsep Tri Mandala (tri = tiga, mandala = wilayah/daerah). Tri Mandala ini
merupakan perlambangan dari Tri Bhuwana, yaitu :
1. Nista Mandala
(Jaba Pisan) – lambang bhur loka
2. Madya Mandala
(Jaba Tengah) – lambang bhuwah loka
3. Utama Mandala (Jero) – lambang swah loka.
Nista Mandala merupakan zona terluar yang merupakan pintu masuk pura
dari luar lingkungan. Didalam zona tersebut terdapat : taman atau lapangan /
open space untuk pementasan tari atau upacara keagamaan. Sebelum masuk Nista
Mandala, terdapat Candi Bentar yang berfungsi sebagai penyeleksi umum.
Madya Mandala adalah zona tengah untuk
aktivitas dan fungsi pendukung seperti : Bale Kul-kul, Bale Gong, wantilan,
Bale Pesandekan dan Perantenan.
Utama Mandala merupakan zona yang
paling dalam dan merupakan tempat paling suci dari Pura. Untuk mencapai paling
suci, harus melalui Kori Agung atau Candi Kurung dengan 3 pintu. Pintu
utama terletak di tengah, sedangkan dua
pintu lainnya mengapit pintu utama. Di zona ini terdapat Padmasana, Pelinggih,
Meru, Bale Piyasan, Bale Pepelik, Bale Panggungan, Bale Pawedan, Bale Murda,
dan Gedong Penyimpenan.
Gambar 1 : Standar / Hirarkhi Pura |
4. GAMBARAN UMUM
Lokasi studi (Pura Jagad Dumadi) berada di Desa Laban Kecamatan
Menganti. Desa Laban terdiri dari 3 dusun, yaitu : Dusun Laban Kulon, Dusun
Grogol dan Dusun Laban Wetan. Berdasarkan catatan di Website resmi Desa Laban
th 2023 (https://desalaban.gresikkab.go.id/data-wilayah) jumlah KK mencapai 2.348 KK dan
jumlah penduduk mencapai 7.859 jiwa.
Letak Geografis Desa Laban
secara struktural merupakan bagian integral dari wilayah Kecamatan Menganti
Kabupaten Gresik propinsi Jawa Timur. Secara geografis terletak pada Posisi 7,8
Lintang Selatan dan 12,9 Bujur Timur. Monografi Desa Laban Luas Wilayah :Luas
wilayah Desa Laban 369.772Ha. Batas-batas
Wilayah Desa Laban
- Sebelah Utara : Desa Setro Dan Kelurahan Made
- Sebelah Timur : Kelurahan Lakar Santri
- Sebelah Selatan : Desa Randegansari,Driyorejo
- Sebelah Barat : Desa Setro.
Desa Laban terbagi dalam 7 Rukun
Warga(RW) dan 25 Rukun Tetangga (RT), sebagai berikut :
- Dusun Laban Kulon : 5 RW dan 16 RT
- Dusun LabanWetan : 2 RW dan 6 RT
- Dusun Laban Grogol : 1 RW dan 3 RT
5. PEMBAHASAN
A. Aksesibilitas
B. Tapak Dan Lingkungan
Pola permukiman mengikuti pola jalan dan berbentuk grid. Jalan di
lingkungan permukiman berupa paving block dengan lebar antara 5-10 meter.
Lingkungan permukiman tertata rapi. Identitas komunitas Hindu di Desa Laban
ditunjukkan dengan adanya bangunan padmasana di halaman rumahnya untuk
bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu.
Gambar 3 : Padmasana di Permukiman Desa Laban |
Tapak menghadap ke timur, karena posisi timur adalah posisi terbaik. Pola
spasial ini mengadaptasi dari pola klasik era kerajaan Hindu-Budha pada Masa
Klasik Akhir (abad 14-16 M) , salah satunya adalah konsep mandala
(Sumber : https://binus.ac.id/bandung/2022/12/pola-ruang-lima-pada-surya-majapahit/). Mandala pada
kebudayaan Jawa merupakan adaptasi dari pengaruh India dengan filosofi tradisi
yang berbasis pembagian ruang menjadi lima penjuru: empat arah mata angin
dengan satu pusat. Dalam tradisi Jawa, pembagian lima ini disebut sebagai mancapat kalimo pancer.
Dalam membaca
konsep mandala, ruang memiliki pusat persilangan keempat arah mata
angin yaitu timur-barat dan utara-selatan. Arah Timur-Barat adalah dualisme
terestrial manusia, yaitu kelahiran (Timur) dan kematian (Barat). Sedangkan
arah Utara-Selatan adalah dualisme surgawi, yaitu Utara sebagai Dunia Atas dan
Selatan sebagai dunia bawah. Dua pasangan dualistik Ruang (lahir-mati) dan
dualisme Waktu (Dunia Atas-Dunia Bawah; yang abadi dan kekinian) bertemu di
pusat, yaitu totalitas transenden. Berdasarkan konsep tersebut, site plan / lay-out
Pura Jagad Dumadi mengarah ke timur-utara, arah matahari terbit, merupakan sumber
kehidupan, arah utama, dunia atas. Sedangkan letak pintu masuk berada di arah
barat-selatan untuk dunia bawah.
Site / lay-out Pura Jagad Dumadi yang terletak di lingkungan permukiman
di Desa Laban memiliki keunikan tersendiri. Tapak di Pura menyesuaikan dengan
kondisi lahan, karena keterbatasan lahan. Dalam lay-out Pura standar, secara
hirarkhi ada tatanan mulai dari Zona Nistha (paling kotor) hingga
ke Zona Utama (paling suci). Keterbatasan lahan membuat formasi
pura yang seharusnya berbentuk lurus dengan Utama-Madya-Nistha
menjadi berbentuk Z (zigzag). Selain itu, halaman pura (bagian depan) di potong
/ di lewati jalan menuju ke permukiman (Zona Nistha).
C. Arsitektural Pura Jagad Dumadi
Detail bangunan di Pura Jagad Dumadi
adalah :
1. Zona Nistha
Bangunan yang ada di Zona Nistha adalah :
- Gapura / Candi Bentar / Apit Surang (pintu pertama yang membatasi area pura dan lingkungan luar). Sedangkan Candi Bentar memiliki fungsi sebagai pembatas wilayah antara jaba sisi (nista mandala) dengan daerah luar, dan antara jaba sisi (nista mandala)dan jaba tengah (madya mandala).
- Kamar Mandi/Dapur,
- TK Gayantri,
- Ruang Siaran / Radio,
- Jalan setapak menuju ke permukiman,
- Halaman Pura ( Zona Nistha ).
Gambar 6 : Dinding Penyengker ( Zona Nistha) |
Gambar 4 : Candi Bentar/Apit Surang (Zona Nistha) |
|
Gambar 8 : Open Space di Halaman Pura (Zona Nistha) |
Gambar 9 : TK, Kamar Mandi & Dapur ( Zona Nistha) |
Bangunan yang ada di Zona Madya
adalah :
- Bale Kul-kul (tempat kentongan digantung, sebagai salah satu symbol adat, kul-kul merupakan sebuah sarana komunikasi tradisional guna menyampaikan informasi atau peristiwa kepada masyarakat);
- Penunggu Karang;
- Bentaran;
- Bale / Pendopo Agung (bersama dengan mangku-mangku mengorganisir seluruh upacara).
Gambar 10 : Bentaran (Zona Madya) |
Gambar 11 : Bale Kul-kul (Zona Madya) |
Gambar 12 : Bale Agung / Pendopo (Zona Madya) |
Gambar 13 : Penunggu Karang (Zona Madya) |
3. Zona Utama
Bangunan yang ada di Zona Utama terdiri
dari :
- Gelungkuri (Candi Kurung), merupakan pintu masuk dan batas wilayah antara jaba tengah (madya mandala) dengan jeroan (utama mandala)
- Bale Pawedan,
- Panglurah,
- Taksu,
- Bale Pesantian (berfungsi untuk menempatkan Gong dan juga sebagai tempat untuk menabuh),
- Bale Pemangku,
- Padmasana.
Gambar 15 : Bale Pawedan (Zona Utama) |
Gambar 14 : Gelungkuri (Candi Kurung) (Zona Utama) |
Gambar 16 : Bale Pesantian (Zona Utama) |
Gambar 17 : Bale Pemangku (Zona Utama) |
6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pura Jagad Dumadi memadukan unsur-unsur/elemen Arsitektur Nusantara,
seperti Gerbang / Candi Bentar dengan pengaruh unsur Majapahit, Bale Kul-kul mengadaptasi menara Masjid Kudus,
Bale Agung / Pendopo yang terbuka dengan
bentuk atap limasan (Jawa), beberapa ukiran pada bangunan di Pura Jagad Dumadi
khas Kudus. Pura ini mengkombinasikan Arsitektur Jawa dan Bali. Ciri khas
elemen Arsitektur Nusantara sangat kuat.
Daftar Pustaka :
- Lync, Kevin, 1960, The Image of the City, The MIT Press,
- Spreiregen, Paul D,1965, The Architecture of Towns and Cities. McGraw Hill Book
- Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin, 2008, Arsitektur Rumah Tradisional Bali, Udayana University Prass, Denpasar
- 2022, Ensiklopedia Arsitektur Nusantara, Penerbit K-Media, Jogjakarta
- Davison, Julian, 2003, Architecture and Balinese Temple, Singapore.
- https://binus.ac.id/bandung/2022/12/pola-ruang-lima-pada-surya-majapahit/
- https://hindualukta.blogspot.com/2015/12/struktur-pura-yang-benar.html
- https://stabn-sriwijaya.ac.id/index.php?mnu=berita&id=167&tipe=Artikel
- https://parisadakabgresik.wordpress.com/phdi-kab-gresik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar