Jumat, 05 Januari 2024

KAJIAN ARSITEKTUR PURA JAGAD DUMADI MENGANTI GRESIK

 

KAJIAN ARSITEKTURAL PURA JAGAD DUMADI

DESA LABAN - MENGANTI

 

Oleh : Slamet Budi Utomo

 

1.  PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Keberadaan Agama Hindu  di Kabupaten Gresik terjadi sejak abad ke 10,  zaman kerajaan-kerajaan di Jawa dengan berbagai aliran (Sumber : https://parisadakabgresik.wordpress.com/phdi-kab-gresik/). Suku Jawa sendiri memiliki tradisi yang juga dikenal dengan Aliran Kejawen (Sumber : https://stabn-sriwijaya.ac.id/index.php?mnu=berita&id=167&tipe=Artikel). Tradisi tersebut dapat mengalami perubahan setelah mendapat pengaruh atau terjadi akulturasi dengan budaya lain. Perubahan dalam bentuk agama salah satunya yaitu sinkretisme agama Buddha dengan ajaran orang Jawa. Salah satu aliran agama Buddha hasil sinkretisme antara ajaran Buddha dengan ajaran Kejawen adalah aliran Buddha Jawi Wisnu. Tahun 1969 aliran  Budha Jawi Wisnu resmi masuk ke dalam Parisada Hindu, setelah mereka harus memilih agama yang diresmikan oleh Pemerintah Indonesia. Saat ini wadah umat seperti Pura belum ada. Setiap kegiatan masih di jalankan dari rumah ke rumah kemudian memiliki Sanggar Pemujaan dan selanjutnya Pura pada tahun 1980.  

Umat Hindu di Kabupaten Gresik tersebar di 7 Kecamatan dengan jumlah sekitar 2148 Jiwa (tahun 2023). Di Kecamatan Menganti paling banyak jumlahnya dari kecamatan yang lainnya berasal dari Jawa dan Madura sedangkan Kebomas dan Gresik mayoritas berasal dari Bali. Pura Jagad Dumadi terletak di Desa Laban Kecamatan Menganti. Pura tersebut merupakan salah satu pura dari sekian pura yang ada di Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.  Pura yang lain diantaranya adalah Pura Kerta Bumi (Dusun Bongso Wetan Desa Pekalangan), Pura Kerta Buana (Dusun Bongso Kulon Desa Pekalangan) dan Pura Jagad Giri Nata (Dusun Biyodo Desa Beton).


B.  Perumusan Masalah

Permasalahan dibatasi pada bidang arsitektur dan urban design. Rumusan permasalahan Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Menganti adalah :

1.   Bagaimana tipologi Arsitektural Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Menganti ?

2.   Faktor-faktor apa saja yang secara signifikan mempengaruhi morfologi Pura di sana?


C.  Maksud, Tujuan dan Sasaran

-     Maksud

Maksud disusunnya Kajian Arsitektural Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Kecamatan Menganti adalah untuk mengetahui tipologi dan susunan Pura Jagad Dumadi akibat kondisi lahan / tapak yang ada.

-     Tujuan

Tujuan disusunnya Kajian Arsitektural Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Kecamatan Menganti adalah untuk mendapatkan pemahaman terhadap ekspresi tatanan tapak Pura Jagad Dumadi.

-     Sasaran

Sasaran disusunnya Kajian Arsitektural Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Kecamatan Menganti adalah pengetahuan pengelolaan tapak / site plan Pura.

 

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Kajian Arsitektural Pura Jagad Dumadi di Desa Laban Kecamatan Menganti Gresik adalah kajian arsitektur (bentuk, ruang dan tatanan lahan).

 

2.     METODOLOGI

Metodologi penelitian yang digunakan adalah Metoda Deskriptif Kualitatif, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a.  Metanggferumuskan masalah;

b.  Memilih data;

c.   Memilih teknik pengumpulan data;

d.  Kesimpulan penelitian.


3.  KAJIAN TEORI

a.  Standar Pura

Pura bukan hanya tempat untuk pemujaan atau sembahyang, melainkan tempat suci. Pendirian Pura harus mengikuti beberapa persyaratan sehingga menjadi tempat suci. Struktur bangunan Pura mengikuti konsep Tri Mandala (tri = tiga, mandala = wilayah/daerah). Tri Mandala ini merupakan perlambangan dari Tri Bhuwana, yaitu :

 

1.  Nista Mandala (Jaba Pisan) – lambang bhur loka

2.  Madya Mandala (Jaba Tengah) – lambang bhuwah loka

3.  Utama Mandala (Jero) – lambang swah loka.


                

Nista Mandala merupakan zona terluar yang merupakan pintu masuk pura dari luar lingkungan. Didalam zona tersebut terdapat : taman atau lapangan / open space untuk pementasan tari atau upacara keagamaan. Sebelum masuk Nista Mandala, terdapat Candi Bentar yang berfungsi sebagai penyeleksi umum.

Madya Mandala adalah zona tengah untuk aktivitas dan fungsi pendukung seperti : Bale Kul-kul, Bale Gong, wantilan, Bale Pesandekan dan Perantenan.

Utama Mandala merupakan zona yang paling dalam dan merupakan tempat paling suci dari Pura. Untuk mencapai paling suci, harus melalui Kori Agung atau Candi Kurung dengan 3 pintu. Pintu utama terletak di tengah, sedangkan dua pintu lainnya mengapit pintu utama. Di zona ini terdapat Padmasana, Pelinggih, Meru, Bale Piyasan, Bale Pepelik, Bale Panggungan, Bale Pawedan, Bale Murda, dan Gedong Penyimpenan.


     Gambar 1 : Standar / Hirarkhi Pura
              

4.  GAMBARAN UMUM

Lokasi studi (Pura Jagad Dumadi) berada di Desa Laban Kecamatan Menganti. Desa Laban terdiri dari 3 dusun, yaitu : Dusun Laban Kulon, Dusun Grogol dan Dusun Laban Wetan. Berdasarkan catatan di Website resmi Desa Laban th 2023 (https://desalaban.gresikkab.go.id/data-wilayah) jumlah KK mencapai 2.348 KK dan jumlah penduduk mencapai 7.859 jiwa.

Letak Geografis Desa Laban secara struktural merupakan bagian integral dari wilayah Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik propinsi Jawa Timur. Secara geografis terletak pada Posisi 7,8 Lintang Selatan dan 12,9 Bujur Timur. Monografi Desa Laban Luas Wilayah :Luas wilayah Desa Laban 369.772Ha. Batas-batas Wilayah Desa Laban

  • Sebelah Utara : Desa Setro Dan Kelurahan Made
  • Sebelah Timur : Kelurahan Lakar Santri
  • Sebelah Selatan : Desa Randegansari,Driyorejo
  • Sebelah Barat : Desa Setro.

Desa Laban terbagi dalam 7 Rukun Warga(RW) dan 25 Rukun Tetangga (RT), sebagai berikut :

  • Dusun Laban Kulon : 5 RW dan 16 RT
  • Dusun LabanWetan : 2 RW dan  6 RT
  • Dusun Laban Grogol  : 1 RW dan 3 RT

Gambar 2 : Lokasi Pura Jagad Dumadi
                                             

5.  PEMBAHASAN

A.  Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju ke Pura Jagad Dumadi dicapai dari jalan utama Jl Raya Menganti – Desa Laban Kecamatan Menganti. Aksesibilitas cukup mudah karena dari Jl Raya Menganti menuju ke lokasi Pura sekitar 500-750 meter. Lokasi Pura berada di lingkungan permukiman.  Lokasi Pura dapat dicapai dari arah Surabaya menuju ke Desa Laban (arah barat) atau dari arah Pasar Menganti menuju ke arah Surabaya (arah timur).

B.  Tapak Dan Lingkungan

Pola permukiman mengikuti pola jalan dan berbentuk grid. Jalan di lingkungan permukiman berupa paving block dengan lebar antara 5-10 meter. Lingkungan permukiman tertata rapi. Identitas komunitas Hindu di Desa Laban ditunjukkan dengan adanya bangunan padmasana di halaman rumahnya untuk bersembahyang dan menaruh sajian bagi umat Hindu.

 


Gambar 3 : Padmasana di Permukiman Desa Laban


Tapak menghadap ke timur, karena posisi timur adalah posisi terbaik. Pola spasial ini mengadaptasi dari pola klasik era kerajaan Hindu-Budha pada Masa Klasik Akhir (abad 14-16 M) , salah satunya adalah konsep mandala (Sumber : https://binus.ac.id/bandung/2022/12/pola-ruang-lima-pada-surya-majapahit/). Mandala pada kebudayaan Jawa merupakan adaptasi dari pengaruh India dengan filosofi tradisi yang berbasis pembagian ruang menjadi lima penjuru: empat arah mata angin dengan satu pusat. Dalam tradisi Jawa, pembagian lima ini disebut sebagai mancapat kalimo pancer.

Dalam membaca konsep mandala, ruang memiliki pusat persilangan keempat arah mata angin yaitu timur-barat dan utara-selatan. Arah Timur-Barat adalah dualisme terestrial manusia, yaitu kelahiran (Timur) dan kematian (Barat). Sedangkan arah Utara-Selatan adalah dualisme surgawi, yaitu Utara sebagai Dunia Atas dan Selatan sebagai dunia bawah. Dua pasangan dualistik Ruang (lahir-mati) dan dualisme Waktu (Dunia Atas-Dunia Bawah; yang abadi dan kekinian) bertemu di pusat, yaitu totalitas transenden. Berdasarkan konsep tersebut, site plan / lay-out Pura Jagad Dumadi mengarah ke timur-utara,  arah matahari terbit, merupakan sumber kehidupan, arah utama, dunia atas. Sedangkan letak pintu masuk berada di arah barat-selatan untuk dunia bawah.    

 

Site / lay-out Pura Jagad Dumadi yang terletak di lingkungan permukiman di Desa Laban memiliki keunikan tersendiri. Tapak di Pura menyesuaikan dengan kondisi lahan, karena keterbatasan lahan. Dalam lay-out Pura standar, secara hirarkhi ada tatanan mulai dari Zona Nistha (paling kotor) hingga ke Zona Utama (paling suci). Keterbatasan lahan membuat formasi pura yang seharusnya berbentuk lurus dengan Utama-Madya-Nistha menjadi berbentuk Z (zigzag). Selain itu, halaman pura (bagian depan) di potong / di lewati jalan menuju ke permukiman (Zona Nistha).

 

C.  Arsitektural Pura Jagad Dumadi

Detail bangunan di Pura Jagad Dumadi adalah :

1.   Zona Nistha

Bangunan yang ada di Zona Nistha adalah :

  1. Gapura / Candi Bentar / Apit Surang (pintu pertama yang membatasi area pura dan lingkungan luar). Sedangkan Candi Bentar memiliki fungsi sebagai pembatas wilayah antara jaba sisi (nista mandala) dengan daerah luar, dan antara jaba sisi (nista mandala)dan jaba tengah (madya mandala). 
  2. Kamar Mandi/Dapur,
  3. TK Gayantri,
  4. Ruang Siaran / Radio,
  5. Jalan setapak menuju ke permukiman,
  6. Halaman Pura ( Zona Nistha ).                                      

Gambar 6 : Dinding Penyengker
( Zona Nistha)

Gambar 4 : Candi Bentar/Apit Surang
 (Zona Nistha)

   Gambar 5 :Identitas Nama  Pura  

               ( Zona Nistha)            


    
   Gambar 8 : Open Space di Halaman  Pura
 (Zona Nistha
)

 
Gambar 9 : TK, Kamar Mandi & Dapur
( Zona Nistha)
2.   Zona Madya

Bangunan yang ada di Zona Madya adalah :

  1. Bale Kul-kul (tempat kentongan digantung, sebagai salah satu symbol adat, kul-kul merupakan sebuah sarana komunikasi tradisional guna menyampaikan informasi atau peristiwa kepada masyarakat);
  2. Penunggu Karang;
  3. Bentaran;
  4. Bale / Pendopo Agung (bersama dengan mangku-mangku mengorganisir seluruh upacara).
Gambar 10 : Bentaran 
(Zona Madya)
Gambar 11 : Bale Kul-kul
(Zona Madya)
                    
                                       
Gambar 12 : Bale Agung / Pendopo
(Zona Madya)
Gambar 13 : Penunggu Karang
(Zona Madya)

3.   Zona Utama

Bangunan yang ada di Zona Utama terdiri dari :

  1. Gelungkuri (Candi Kurung), merupakan pintu masuk dan batas wilayah antara jaba tengah (madya mandala) dengan  jeroan (utama mandala)
  2. Bale Pawedan,
  3. Panglurah,
  4. Taksu,
  5. Bale Pesantian (berfungsi untuk menempatkan Gong dan juga sebagai tempat untuk menabuh),
  6. Bale Pemangku,
  7.  Padmasana.
Gambar 15 : Bale Pawedan
(Zona Utama)
Gambar 14 : Gelungkuri (Candi Kurung)
(Zona Utama)

Gambar 16 : Bale Pesantian 
(Zona Utama)

   
     Gambar 17 : Bale Pemangku
   (Zona Utama)
                         
Gambar 18 : Padmasana
(Zona Utama)

Gambar 19 : Taksu
(Zona Utama)

6.  KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pura Jagad Dumadi memadukan unsur-unsur/elemen Arsitektur Nusantara, seperti Gerbang / Candi Bentar dengan pengaruh unsur Majapahit,  Bale Kul-kul mengadaptasi menara Masjid Kudus, Bale Agung / Pendopo  yang terbuka dengan bentuk atap limasan (Jawa), beberapa ukiran pada bangunan di Pura Jagad Dumadi khas Kudus. Pura ini mengkombinasikan Arsitektur Jawa dan Bali. Ciri khas elemen Arsitektur Nusantara sangat kuat.

 

Daftar Pustaka :

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KAJIAN ARSITEKTUR PURA JAGAD DUMADI MENGANTI GRESIK

  KAJIAN ARSITEKTURAL PURA JAGAD DUMADI DESA LABAN - MENGANTI   Oleh : Slamet Budi Utomo   1.   PENDAHULUAN A.   Latar Belakang ...